Supriyadi lahir di Trenggalek pada tanggal 13 April 1923 dengan nama Priyambodo. Sejak kanak-kanak darah patriotiknya sudah sudah berkobar-kobar karena kakek tirinya senantiasa memberi wejangan tentang nilai-nilai kepahlawanan yang bersumber dari cerita wayang.
Semula, Supriyadi adalah perwira instruktur yang diangkat Jepang untuk pembentukan tentara-tentara pribumi sebagai kader inti PETA (Pembela Tanah Air). Ia ditempatkan di Peleton I Kompi III PETA di Blitar. Menyaksikan kekejaman tentara Jepang terhadap bangsanya, darah muda Supriyadi mendidih.
Pada tanggal 14 Februari 1945, kebenciannya kepada penjajah Jepang kejam akhirnya meletus menjadi sebuah pemberontakan di Blitar. Kendati bisa dipadamkan dalam waktu singkat, pemberontakan yang dipimpin perwira berpangkat shodanco yang baru berusia 22 tahun ini memakan banyak korban dari pihak tentara Jepang. Namun karena kekuatan yang tidak berimbang, anggota PETA yang melakukan perlawanan itu akhirnya dapat ditumpas. Sejumlah anak buah Supriyadi menyerah malah ada yang dihukum mati dan dipenjara.
Sedangkan keberadaan Supriyadi saat ini masih diliputi misteri. Tidak ada saksi langsung yang melihat ia di eksekusi. Namun tidak banyak yang meyakini ia masih hidup, mengingat kejamnya perlakuan tentara Jepang terhadap pemberontak.
Keberanian para tentara PETA Blitar, yang dipimpim Supriyadi melawan Jepang, telah menginspirasi timbulnya berbagai perlawanan sejenis dari para tentara PETA di daerah lainnya, seperti PETA Gumilir-Cilacap, PETA Cileunca Pengalengan-Bandung, PETA Rengasdengklok kemudian PETA Jakarta. Perlawanan PETA tersebut merupakan kekuatan moral bagi para pemimpin bangsa untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu, juga mendorong keberanian rakyat untuk melucuti senjata tentara Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Mr. Soepomo adalah salah seorang peletak dasar negara republik ini. Anak bangsawan yang pendiam ini pernah menduduki 26 jabatan penting dalam pemerintahan. Ia terlibat langsung dalam penyusunan UUD 1945. Penjelasan UUD 1945 berasal dari pidato Soepomo dalam sidang BPUPKI. Soepomo pula yang menjadi otak teori integralistik dalam Penjelasan UUD 1945. Ketika Indonesia berbentuk negara serikat, Soepomo ikut menyusun undang-undang dasar yang kemudian disebut Konstitusi RIS. Ia juga menyusun UUD Sementara 1950.
Mr. Soepomo
Soepomo lahir tanggal 22 Januari 1903 di Sukoharjo, dekat Solo, sebagai putra dari pasangan Raden Tumenggung Wignyodipuro (Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kesunanan Surakarta) dan R.A. Renak Wignyodipuro (putri Raden Tumenggung Reksowardono, Bupati Anom Sukoharjo). Putra tertua dari sebelas bersaudara ini beruntung bisa menikmati pendidikan yang layak dari Europeesche Lagere School (ELS) – sekolah dasar bagi anak-anak Belanda (lulus 1917), lalu melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Solo (lulus 1920) dengan hasil gemilang. Ia melanjutkan studi di Rechtsschool (sekolah hukum) di Batavia (Jakarta). Lulus 1923, ia lalu diangkat menjadi pegawai negeri dan diperbantukan pada Ketua Pengadilan Negeri di Sragen, Jawa Tengah. Saat itu ia mulai meneliti hukum adat daerah Surakarta, termasuk Sragen.
Pada umur 21 tahun Soepomo mendapat tugas belajar ke Faculteit der Rechtsgeleerdheid, Universitas Leiden (12 Agustus 1924 – 15 Juli 1927) dan meraih gelar Meester in de Rechten (Mr) dengan presiden predikat summa cum laude. Ia meraih gelar doktor ilmu hukum (Doctor in de Rechtsgeleerdheid) dengan disertasi berjudul De Reorganisatie van het Agrarisch stelsel in het Gewest Soerakarta. Dalam masa studi, Soepomo bergabung dalam organisasi mahasiswa bernama Perhimpunan Indonesia.
Ketika kembali ke Indonesia pada usia 24 tahun, Mr. Soepomo langsung mengabdikan hidupnya pada pekerjaan. Ia sempat berpindah-pindah domisili mengikuti panggilan tugas, dari Sragen,Yogyakarta, Jakarta, dan Purworejo. Saat bertugas di Jakarta ia melakukan penelitian hukum adat (privaatrecht der Inheemse bevolking) di daerah hukum (rechtskring) Jawa Barat.
Ketika Jepang berkuasa, Mr. Soepomo memegang jabatan penting seperti kepala Kantor Perundang-undangan (Hooki Kyoku Cho), kepala Departemen Kehakiman (Shijobucho). Soepomo juga dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Gadjah Mada. Ia juga pernah menjadi Rektor Universitas Indonesia (17 Maret 1951 – 15 April 1954).
Kecakapan Mr. Soepomo terlihat dalam beberapa tulisan seperti Het adatgrondenerfrecht in Jogyakarta (1930), Het adatprevaatrecht in West Java (1933), dan De Verhoding van Individu en Gemeenschap in Het Adatrecht (1940).
Mr. Soepomo meninggal akibat serangan jantung pada tanggal 12 September 1958 di Jakarta dan dimakamkan di Solo. Atas jasa-jasa beliau, pemerintah RI menetapkan Mr. Soepomo sebagai Pahlawan Nasional.
Ernest François Eugène Douwes Dekker dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi lahir tanggal 8 Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau adalah tokoh politik dan patriot Indonesia, pembangkit semangat kebangsaan Indonesia, penentang penjajahan yang gigih, wartawan dan sastrawan. Di tubuhnya mengalir darah Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa, tapi semangat kebangsaan Douwes Dekker lebih membara dibanding penduduk bumiputra. Douwes Dekker adalah kemenakan dari Eduard Douwes Dekker alias Multatuli, penulis buku Max Havelaar yang terkenal.
Setelah lulus sekolah HBS di Betawi untuk beberapa waktu bekerja sebagai “sinder” perkebunan kopi dan chemiker pabrik gula. Kemudian dalam usia muda melawat ke Afrika Selatan dan ikut berperang di pihak orang Boer melawan Inggris (1900 – 1901). Douwes Dekker tertawan dan diasingkan di Ceylon (Srilangka).
Tahun 1902 Douwes Dekker kembali di tanah air (Indonesia), bekerja sebagai wartawan harian Belanda De Locomotief dan kemudian duduk dalam redaksi harian Belanda Soerabaiaasch Handelsblad dan Bataviaasch Nieusblad. Pada 1909 Douwes Dekker berangkat ke Eropa. Untuk majalah mingguan Jong Indie yang terbit di Betawi ia menulis rangkaian “Surat-surat seorang biadab dari dunia beradab”.
Pada akhir 1910 kembali dari Eropa, Douwes Dekker menetap di Bandung dan menerbitkan majalah setengah bulanan Het Tijdschrift, disusul dengan harian De Express (Maret 1912). Dalam penerbitan tersebut Douwes Dekker menuangkan keyakinan dan program politiknya untuk melancarkan jalan bagi pembentukan Indische Partij-nya. Untuk keperluan pembentukan partai ini, tiga serangkai (Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, dan Cipto Mangunkusumo) mengadakan perjalanan propaganda keliling pulau Jawa (September 1912) yang berhasil gemilang dengan berdirinya Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912. Sebelum meninggalkan Bandung, Douwes Dekker sempat berorasi di sebuah gerbong sebelum peluit berbunyi dan kereta meluncur ke Yogyakarta:
"Saudara, kita umumnya dianggap malas, makhluk apatis yang menderita banyak kebiasaan buruk. Tapi saya melihat Anda semua telah bangun sepagi ini menentang tuduhan para dokter Belanda yang begitu parah bahwa kita Indier rendahan."
Pada tahun 1913 Douwes Dekker bersama Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo dikenakan exorbitante rechten (hak istimewa Gubernur Jenderal Hindia Belanda) berupa pengasingan (interneering). Mereka ditangkap akibat munculnya tulisan terkenal Suwardi Suryaningrat di De Expres, "Als Ik Een Nederlander Was" (Andaikata Aku Seorang Belanda). Atas permintaan sendiri ketiganya diperkenankan meninggalkan Indonesia, berangkat ke negeri Belanda. Douwes Dekker mencapai gelar sarjana (dokter) di Universitas Zurich, Swiss (1915).
Ketika kembali ke Indonesia dalam tahun 1918, Douwes Dekker melihat keadaan di tanah air sudah jauh berbeda dengan waktu keberangkatannya. Semangat kebangsaan kaum Indo yang dalam tahun 1912 menggelora di bawah pimpinannya kini sudah redup. Tetapi hal itu tidak mengurangi aktivitas politik nasionalnya. Dia menerbitkan majalah De Beweging dan menghidupkan kembali harian De Express. Selain politik, Douwes Dekker giat dalam bidang pendidikan (Direktur Institut Ksatrian di Bandung).
Dalam bulan Januari 1941, Douwes Dekker ditangkap kembali sehubungan dengan peristiwa penggeledahan rumah M.H. Thamrin dan diasingkan di Suriname. Setelah Indonesia merdeka, Douwes Dekker pulang ke Indonesia (3 Januari 1947) dan berganti nama Danudirja Setiabudi. Beliau menjabat sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Syahrir (1947) dan pada tahun 1948 diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung di Yogyakarta. Douwes Dekker alias Danudirja Setiabudi meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun.
dr. Soetomo (bernama asli Subroto) lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, pada 30 Juli 1888. Pada waktu belajar di STOVIA (Sekolah Dokter) ia sering bertukar pikiran dengan pelajar-pelajar lain tentang penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Terkesan oleh saran dr. Wahidin untuk memajukan pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan, pada 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia dan Soetomo diangkat sebagai ketuanya. Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Soetomo bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, lalu dipindahkan ke Tuban, Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang. Sewaktu bertugas di Malang, ia berhasil membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan. Sering berpindah tempat itu ternyata membawa manfaat. Ia semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka. Sebagai dokter, adakalanya pasien dibebaskan dari pembayaran.
Soetomo memperoleh kesempatan memperdalam pengetahuan di Belanda tahun 1919. Setibanya kembali di tanah air, ia melihat kelemahan yang ada pada Budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai politik. Karena itu, diusahakannya agar Budi Utomo bergerak di bidang politik dan keanggotaannya terbuka buat seluruh rakyat.
Pada tahun 1924 dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wabah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Soetomo PBI cepat berkembang. Sementara itu, tekanan-tekanan dari Pemerintah Belanda terhadap pergerakan nasional semakin keras, oleh karena itu, pada Desember 1935 Budi Utomo dan PBI digabungkan menjadi satu dengan nama Parindra. Soetomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka. Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, ia giat pula di bidang kewartawanan dan memimpin berbagai surat kabar.
Akhirnya pendiri Budi Utomo, tokoh kebangkitan nasional ini menghembuskan nafas terakhir tanggal 30 Mei 1938 di Surabaya, Jawa Timur, pada umur 49 tahun.
Mr. Achmad Soebardjo Djojoadisurjo (lahir di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896). Ia bersekolah di HBS (Sekolah Menegah Atas) di Jakarta pada tahun 1917 kemudian memperoleh gelar "Meester in de Rechten" disingkat "Mr" atau disebut juga Sarjana Hukum (SH) pada tahun 1933 di Universitas Leiden, Belanda.
Ketika masih mahasiswa, Achmad Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan bergabung di organisasi kepemudaan seperti Jong Java dan Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Ia merupakan anggota delegasi Indonesia pada Kongres Anti Imperialis di Belgia dan Jerman.
Semasa pendudukan Jepang Achmad Soebardjo menjadi pembantu kantor penasihat Angkatan Darat Jepang dan kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang pimpinan Laksamana Maeda. Menjelang proklamasi kemerdekaan, ia duduk dalam keanggotaan Badan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bersama Mr. Dr. Soepomo dan Mr. A.A. Maramis ia merancang Undang-undang Dasar negara Indonesia. Ia pun dikenal sebagai salah seorang penanda tangan Piagam Jakarta.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, Shodanco Singgih, dan pemuda lain, membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Peristiwa ini dinamakan Peristiwa Rengasdengklok.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Achmad Soebardjo melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Achmad Soebardjo diangkat menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Presidensial periode 19 Agustus 1945 – 14 November 1945 dan kembali menjabat Menteri Luar Negeri pada Kabinet Sukiman-Suwirjo periode 1951 – 1952. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Swiss periode 1957 – 1961.
Riwayat karir:
•  Menteri Luar Negeri Kabinet Presidensial (19 Agustus 1945 – 14 November 1945)
•  Menteri Luar Negeri Kabinet Sukiman-Suwirjo (1951 – 1952)
•  Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Swiss (1957 – 1961)
Mr. Soebardjo pernah memegang beberapa jabatan non pemerintahan, antara lain ketua presiden Lembaga Indonesia dan wakil ketua Federasi Perhimpunan PBB., ia memberi kuliah di berbagai universitas, antara lain di Universitas Indonesia. Ia mengasuh mata kuliah Sejarah Pergerakan serta Pancasila. Wafat tanggal 15 Desember 1978, dimakamkan di Cipayung, Bogor.
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau adalah anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Dari hasil pernikahannya dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962, Habibie dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat summa cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung?

Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi

Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?

Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya?

Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya?

Terbang tinggi si burung helang
Hinggap di atas pohon meranti
Anak ramai ibunya seorang
Bila bergesel berapi-rapi

Buah budi bidara mengkal
Masak sebiji di tepi pantai
Hilang budi bicara akal
Buah apa tidak bertangkai?

Budak-budak ramai di pekan
Hari raya membakar petas
Kalau adik pandai kiasan
Apakah buah gugur ke atas?

Tinggi duduk di atas sekali
Bukan bulan bukan matahari
Bila malam ia berseri
Bila siang ia berganti
Seorang dosen Fakultas Hukum sedang memberi kuliah Hukum Pidana, saat tiba sesi tanya-jawab si Ali bertanya pada pak dosen, apa kepanjangan daripada KUHP pak…?. Lalu pak dosen tidak menjawab sendiri melainkan dilemparkannya pada si Ahmad. ‘Saudara Ahmad, coba saya dibantu untuk menjawab pertanyaan saudara Ali’, pinta pak dosen. Lalu dengan tegas si Ahmad menjawab, ‘Kasih Uang Habis Perkara pak…!!!’, tegasnya. Mahasiswa lain tentu pada ketawa, sedang pak dosen geleng-geleng kepala, seraya menambahkan pertanyaan pada si Ahmad, ‘saudara Ahmad, darimana saudara tahu jawaban itu?!!’. Dasar si Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya pula dengan tegas, ‘peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik pak…!!!.

Singapore termasuk salah satu Negara yang bersih, bagi sesiapa yang
membuang sampah sembarangan bisa didenda, termasuk puntung rokok
sekalipun. Suatu ketika si Jeki sedang berlibur, tapi nampaknya ia tak tahu akan adanya aturan itu, ia merokok sendirian samabil duduk di bangku. Oleh sebab rokok sudah hampir
habis
dibuanglah begitu saja dan persis jatuh di sisi kaki kanannya. Tampa disangka
tanpa dinyana, tiba tiba datang petugas:
Petugas : Tahukah anda, bahwa anda telah melakukan pelanggaran?!!. Tegasnya;
Azam : Tidak tahu, apa gerangan yang telah saya perbuat?!!
Petugas : Anda telah membuang sampah sembarangan, yaitu puntung rokok!!. Tegasnya lagi;
Azam : Dengan sigap ia menjawab, ‘oh…, maaf terjatuh…, dan lalu diambilnya puntung rokok itu serta langsung dihisapnya lagi….
Petugas : ??!!!!!

Suatu sore dua anak muda, mereka adalah mahasiswa Fakultas Hukum sedang terlibat diskusi kecil, nama mereka adalah Fredi dan Ibrahim:
Fredi : Apa ya, kepanjangan daripada ADVOKAT?
Ibrahim : Ada Duit adVOKasi All ouT!
Fredi : Hah…!!
Cerita humor lucu ini dimulai ketika hari pertama masuk setelah libur panjang.
Ketika pelajaran dimulai,terjadi dialog antar ibu guru dan muridnya
Guru    :Anak anak,gimana perasaan kalian saat ini?
Murid  :senang bu!
Guru    :pertama2 ibu akan menanyakan kata2 bijak apa yg sering dikatakan bapamu?
Murid 1:Hidup ini harus kita "LANJUTKAN"!
Guru    : oooh,bapak kamu pasti anggota partai demokrat ya?
Murid 1: betul bu
Guru      : oh pantes,sekarang kamu!
Murid 2: kata bapak saya hidup ini harus kuat seperti "BANTENG"!
Guru     : ohhh ,pasti bapak kamu anggota partai PDIP
Murid 2: betul bu.
Guru     : pantes,sekarang lanjutkan lagi
Murid 3: kata bapa saya "Lebih Baik Memberi Daripada Diberi"
Guru    :wow,itu baru betul,bapak kamu pasti ustat/pendeta atau semacamnya ya?
Murid 3: bukan bu
Guru    : ooh,pasti bapak kamu seorang yg taat ibadahnya kan?
Murid 3: bukan bu
Guru     : pasti bapak kamu org yg baik dan suka bersosialisasi ya?
Murid 3:bukan juga bu
Guru (kesal!) :terus apa dong!
Murid 3: petinju bu
Suatu siang penyiar radio ABC sedang terlibat percakapan dengan pendengar setianya.
Pendengar : Halo Radio Asyikk
Penyiar       : Iya, Dengan siapa niyyy
Pendengar : Mau rikues  boleh gag?
Penyiar       : Boleh mau rikues apa?
Pendengar : Tolong puterin azan maghrib dong, dah gk kuat nich pengen cepet2 buka puasa.
padahal hari itu masih jam 4 sore
Kriiiiiiiiingggggg........
Karyawan : " hallo kfc pesan antar, mau pesan apa ??? "
Anto           : '' ayam nya ada mbak ''
Karyawan : ... " ada "
Anto            : " mana sini...saya mau ngomong....!!!!!
Karyawan : '' GENDENG !!! '' ttiiiittt.................[telpun putus]
"Anak-anak tanda orang pintar apa??" sang guru bertanya.
"rajin baca dan nulis bu!" jawab sang murid
"bagus-bagus" puji guru.
"rajin nyontek bu!" ceplos salah satu murid.
"loh, kok gitu??" tanya sang guru.
"buktinya, negara kita nyontek buat kapal. akhirnya kita pintar buat kapal kan?" jawab sang murid.
"bener juga kamu" kata guru
"asiiikk, ulangan besok kita bisa nyontek" jawab murid gembira
"loh, gak seperti itu juga" seru guru sambil megang jidat.
Singapore termasuk salah satu Negara yang bersih, bagi sesiapa yang
membuang sampah sembarangan bisa didenda, termasuk puntung rokok
sekalipun. Suatu ketika si Jeki sedang berlibur, tapi nampaknya ia tak tahu akan adanya aturan itu, ia merokok sendirian samabil duduk di bangku. Oleh sebab rokok sudah hampir
habis
dibuanglah begitu saja dan persis jatuh di sisi kaki kanannya. Tampa disangka
tanpa dinyana, tiba tiba datang petugas:
Petugas : Tahukah anda, bahwa anda telah melakukan pelanggaran?!!. Tegasnya;
Azam : Tidak tahu, apa gerangan yang telah saya perbuat?!!
Petugas : Anda telah membuang sampah sembarangan, yaitu puntung rokok!!. Tegasnya lagi;
Azam : Dengan sigap ia menjawab, ‘oh…, maaf terjatuh…, dan lalu diambilnya puntung rokok itu serta langsung dihisapnya lagi….
Petugas : ??!!!!!

Waktu terus berlalu
Lukiskan sebuah kisah dalam hidupku
Sebuah kisah mengusik kalbu
Kisah antara aku dan ibu
Dengan bingkai kasih sayang
Berhias sebuah ketulusan
Kau goreskan sebuah kisah dalam hidupku
Kisah yang tak pernah menuntut balasan
Ibu alangkah indah masa-masaku
Masa-masa saat bersamamu
Saat tangan lembutmu selalu membelaiku
Saat bahu mu selalu menjadi sandaranku
Saat tuturkatamu selalu menjadi penenang kalbuku
Ibu sadarkah engkau,
Engkau bak duri bunga mawar
Selalu melindungi sang bunga
Engkau rela patah asalkan kau bisa melindungiku
Engkau rela berlelah asal sebuah senyum terlukis di wajahku
Mulialah engkau ibu, sang malaikat pelindungku
Deraian itu..
Tangisan itu..
Air mata itu..
Sungguh membuat kami merasa bersalah
bersalah akan membuat seorang wanita
yang begitu sabar dan tegar
menghadapi pahitnya hidup..
hidup untuk memperjuangkan orang yang dia cintai dan sayangi..
Oh ibuku engkau begitu sabar menghadapi cobaan seberat ini
engkau selalu memperjuangkan sesuatu yang tak mungkin
menjadi nyata hanya untuk hidup kami..
engkau selalu memberi yang terbaik untuk kami
sehingga kami terlahir sebagai anak- anak yang bisa hidup selayak mungkin.
Walau cacian, makian dan penderitaan buruk menerpamu
tapi engkau selalu sabar menghadapinya..
Wahai ibuku…
kami sangat bangga mempunyai sosok wanita sepertimu
wanita yang selalu sabar untuk berjuang melawan pahitnya hidup
berjuang untuk selalu membahagiakan kami..
Terimakasih ibu ..
perjuanganmu takkan pernah terganti oleh siapapun..

Ibu

Wajahmu begitu menyejukkan
Belaianmu sangat kurindukan
Engkau seorang yang selalu melindungi kami anakmu
Engkau tak pernah demi kami
Engkau penopang kami saat kami jatuh
Engkau selalu mengusap air mata saat kami sedih
Engkau sakit saat kami sakit
Ibu aku tahu dipikiranmu itu

hanya ingin melihat kami selalu tersenyum, bahagia dalam hidup kami
Tak pernah letih engkau berdoa demi apa yang kami cita citakan
Ibu yang selalu ada merawat kami dari dalm kandungan sampai menua
Walaupun kami mengecewakanmu ibu, kami menyakitimu
Ibu, terkadang seorang anak tak akan mampu merawat ibunya sampai menua, seorang anak akan sibuk sendiri dengan keluarga barunya
dan bahkan seorang anak hanya bisa merepotkan dan melupakan ibunya
Ibu, semoga kami tidak seperti itu
Ibu tetap idolaku tak akan ada yang lain
Ibu tetap cintaku
Ibu tetap kesayanganku
Ibu aku ingin kau bangga melahirkanku ke dunia
Ibu sampai kapanpu tak bisa kumembalas kasihmu
Ibu aku sayang padamu